Kamis 9 April 2009 merupakan hari dimana kita menyalurkan hak pilih kita dalam proses pemilihan umum Calon Legislatif.Pemilihan umum tahun ini sedikit berbeda, apabila pemilihan pada beberapa tahun lalu kita memilih dengan cara di coblos tapi kali ini kita diwajibkan unuk mencontreng dan banyak orang berpendapat pemilu kali ini sangat buruk karena banyak orang tidak tahu cara memilih yang benar.Saat ini saya akan memberikan gambaran tentang proses pemilihan umum.Ketika hari H pemilu dimulai banyak warga yang antusias untuk meramaikan pemilu yang hanya diadakan 5 tahun sekali, tetapi tidak sedikit yang memilih untuk golput.Banyak warga yang datang untuk menyalurkan hak pilihnya.Setelah proses pencontrengan tiba saatnya untuk menghitung hasil pencontrengan.Kemudian panitia pemilu segera membuka kotak suara.
Proses penghitungan suara yang dilakukan oleh penitia pemilu itu dibantu oleh beberapa saksi yang didatangkan dari berbagai daerah.Dalam penghitungan suara panitia beserta saksi harus cermat dalam melihat tanda contreng yang ada di kertas suara.
Dan paada saat yang bersamaan panitia pemilu lainnya mempunyai tugas untuk mencatat hasil perolehan suara pada masing-masing partai,yang disaksikan pula oleh perwakilan dari masing-masing partai agar tidak terjadi kecurangan.
Setelah proses penghitungan hasil pencontrengan selesai para panitia pemilu langsung menghitung perolehan suara yang telah ditulis.Kemudian hasil penghitungan tadi langsung di berikan kepada panitia KPU.
aku pernah baca seperti ini, dilihat dari sudut pandang netral Hari Kasih Sayang atau yang lebih modern disebut sebagai Hari Valentine (Valentine's Day), jelas berasal dari suatu ritual paganisme, ritual satanis, yang penuh kemaksiatan. Ritual kuno ini di zaman Romawi dikenal sebagai Lupercalia Festival, dimana para pemuda dan pemudi diperbolehkan melakukan kemaksiatan di mana pun mereka mau. Agama Kristen yang datang kemudian dan menjadi agama resmi Roma di saat Kaisar Konstantin, mengadopsi ritual ini dan memolesnya dengan mitos Santo Valentinus yang oleh gereja sendiri diakui tidak bisa dipastikan asal-muasalnya. Belakangan, pada sekitar tahun 1960-an, Gereja Vatikan menghapus perayaan Valentine ini dari Kalender Gereja dan melarang umatnya untuk ikut-ikutan merayakan ritual tersebut karena jelas-jelas tidak berdasar. Namun kian hari perayaan Valentine kian mendapat tempat di banyak anak-anak muda dunia. Hal ini ada dua kemungkinan yang bisa menjawabnya. Pertama, para pebisnis melihat perayaan Hari Valentine merupakan sebuah momentum yang sangat bagus untuk dieksploitasi dan dijadikan ajangn 'peryaan bisnis' guna meraup keuntungan material sebanyak-banyaknya. Sebab itulah, para pebisnis ini setiap tahun selalu saja 'mempertahankan' bahkan 'menyuburkan' perayaan Hari Valentine ini dan mengindoktrinasikan kepada otak anak-anak muda seluruh dunia bahwa Hari Valentine merupakan Hari Kasih Sayang yang harus dirayakan secara spesial. Hari di mana seorang kekasih harus menunjukkan perhatian dan besar rasa kasih sayangnya kepada pasangannya masing-masing. Caranya? Ya dengan membeli berbagai produk yang dikeluarkan oleh para pebisnis seperti coklat spesial berbentuk hati, boneka, bunga, kartu ucapan, bahkan di malam Hari Valentine, para pebisnis juga menanamkan pemikiran mereka bahwa belumlah komplit cinta mereka jika di Hari Valentine tiak irayakan dengan makan malam berdua dalam suasana romantis di cafe-cafe dan hotel-hotel, nonton bioskop berdua, dan berakhir dengan membooking satu kamar hotel atau penginapan untuk menghabiskan malam spesial bersama pasangannya hingga matahari terbit keesokan harinya. Secara esensi hal ini sangat mirip dengan Lupercalia Festival berabad silam. Dan masyarakat Barat banyak yang memang sudah rusak secara norma dan nilai-nilai keagamaan, kian terjerumus ke dalam lembah permisifme yang dalam. Ironisnya, hal ini secara latah tanpa reserve diikuti oleh generasi muda yang berada di lar Barat dengan alasan modernisasi. Maka menjadi lengkaplah kerusakan generasi muda dengan adanya perayaan ini. Kedua, kelakuan para pebisnis yang terus memelihara eksistensi perayaan Valentine didasari oleh dua motif di mana antara satu dengan yang lainnya saling terkait. Yang pertama adalah motif ekoomi yakni memanfaatkan semua celah untuk bisa dieksploitasi guna bisa mendatangkan keuntungan material sebanyak mungkin, dan kedua, hal ini juga seelaras dedngan indoktrinasi para 'Tetua Yahudi' yang dirumuskan dalam agena bersama Gerakan Zionis Internasional 'The Protocolat of Zionis' (disahkan dalam Konferensi Zionis Internasional I di Basel-Swiss, tahun 1897). Kelompok-kelompok klandestin yang menggerakkan banyak konglomerat dunia ini menunggangi gereja agar dunia menganggap Valentine's Day merupakan salah satu hari raya Kristen. Banyak yang terkecoh dan menerima hal yang sesungguhnya tidak tepat, sehingga Hari Valentine kadung dikenal sebagai bagian dari kekristenan sekarang ini. Padahal hal itu tidak benar sama sekali karena Injil tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang Valentine. Banyak kalangan gereja sendiri menyatakan bahwa perayaan Valentine merupakan salah satu bentuk heresy (bid'ah) di dalam Kekristenan yang harus dihindari.
0 komentar:
Posting Komentar